APelantikan Abu Bakar Abu Bakar adalah orang yang pernah menjadi khalifah (pengganti) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mengimami kaum Muslimin pada saat beliau sakit. Itulah ash-Shiddiq sahabat beliau yang terbesar dan pendamping beliau di dalam gua, Abu Bakar Rodhiyallahu 'anhu.Abu Bakar menjadi Khalifah hanya dua tahun.. 7. 86% found this document useful 21 votes18K views10 pagesDescriptionPelajaran SKICopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?86% found this document useful 21 votes18K views10 pagesMakalah Abu Bakar SidiqJump to Page You are on page 1of 10 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 9 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. A Pendapatan Negara di Masa Abu Bakar as-Shiddiq Analisa mengenai kebijakan Fiskal di masa Abu Bakar dapat dicermati melalui pidato perdana beliau yang sarat dengan pilar-pilar kebijakan publik (public policy). Abdur Razzaq di dalam al-Mushannaf-nya meriwayatkan isi pedato perdana Abu Bakar, beliau mengatakan, "Wahai sekalian manusia!
MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAMKHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQDISUSUN OLEH AFIVAH RAMADHANY KAUNEKELAS VII-5MTsN 1 MAKASSAR1KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyapenyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang mana pembuatanmakalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya pembahasan SejarahKebudayaan Islam. Dan kali ini saya membahas tentang sahabat Nabi yaitu AbuBakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini dipaparkan kehidupan beliau saat bersamaRasulullah dan saat beliau menjadi Khalifah yang pertama umat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapatkekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan baik dosenmaupun rekan-rekan sekalian guna menjadikan makalah ini lebih baik 19 January 2018Penulis2DAFTAR ISIKATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………01DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………….02BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………… Abu Bakar ash-Siddiq? saja Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah? saja yang menjadi faktor terpilihnya Abu Bakar ash-Siddiq menjadikhalifah pertama? peran Abu Bakar menyelamatkan Islam dalam kedudukannyasebagai khalifah? kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-ShiddiqBAB III PENUTUPKESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………….153BAB BELAKANGAbu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah, beliaumenggantikan Rasul sebagai pemimpin umat Islam bukan sebagai pengganti ke-Rasulannya. Abu bakar adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah,sehingga semua yang disampaikan Rasulullah selalu dibenarkan oleh Abu Bakarsecara tegas dan mantap tanpa keragu-raguan. Abu Bakar juga senantiasa menemaniRasulullah dalam berdakwah dan membantu segala keperluan dalam khalifah pertama, Abu Bakar memiliki tanggung jawab besar dalammenyelamatkan Islam sepeninggal Rasulullah. Yang mana sepeninggal Rasulullahbanyak umat yang melenceng dari ajaran yang telah diajarkan Rasulullahsebelumnya. Abu bakar juga meneruskan perjuangan Rasulullah dalam menegakkanpanji-panji Abu Bakar ash-Siddiq?Want to read all 17 pages?Previewing 5 of 17 pagesUpload your study docs or become a to read all 17 pages?Previewing 5 of 17 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 17 pages?Upload your study docs or become a member.

Dankali ini kami membahas tentang sahabat Nabi yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini dipaparkan kehidupan beliau saat bersama Rasulullah dan saat beliau menjadi Khalifah yang pertama umat Islam. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.

Sejarah dan Biografi Abu Bakar As-Siddiq Sejarah dan Biografi Singkat Abu Bakar As-Siddiq Khalifa Khulafaur Rasyidin yang Pertama. Abu Bakar ash-Shiddiq ialah sahabat Nabi yang paling awal masuk Islam. Ia dikenal sebagai khalifa pertama yang melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW beliau menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Dan ia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. Asal Usul Abu Bakar As_shiddiq Abu Bakar Ash-Siddiq nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Ustman bin Amr bin Masud Taim bin Murrah bin ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taiman Al-Quraisy. Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya bernama Ustman Abu Kuhafah bin Amir bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, yang mana berasal dari suku Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salamah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya ketemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad. Dimasa jahiliyyah barnama Abdul Ka’ab, lalu ditukar oleh nabi menjadi Abdullah Kuniyyahnya Abu Bakar. Beliau diberi kuniyah Abu Bakar pemagi kerena dipagi-pagi betul beliau telah masuk Islam. Gelarnya Ash-Siddiq yang membenarkan. Beliau di beri gelar ash-siddiq karena ketika terjadi peristiwa Isro’ dan Mi’roj, beliaulah termasuk orang pertama yang percaya dengan peristiwa itu. Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan lembut. Ia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan mudanya itulah masyhur budinya yang tinggi perangainya yang terpuji. Dia mampu, sanggup menyediakan segala keperluan rumah tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum Rasulullah diutus, persahabatan merekan telah karib juga. Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakar-lah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali menyatakan iman. Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, karena dia adalah sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya musyawarat diwaktu perjuangan dengan kaum quraisy sangat hebatnya. Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan, kemauan, kekerasan hati, pema’af tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak lagi cerdik. Secara universal, sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu. Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, Abu Bakar tak pernah absen dalam setiap pertempuran menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan. Abu Bakar sahabat dekat Muhammad, orang yang paling setia dan yang paling banyak mengikuti ajaran-ajarannya. Di samping itu ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, dan karena dia jugalah puluhan dan ratusanribu Muslimin tersebar ke segenap penjuru, juga dengan segala kelembutannya itu dia diangkat sebagai khalifah. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.” Sebagai pemimpin, kedermawanan dan solidaritas kemanusiaannya terhadap sesama tak diragukan lagi. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, kekayaannya mencapai dirham, nilai yang sangat besar saat itu. Kekayaan itu seluruhnya didedikasikan bagi perjuangan Islam. Soal ini, sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, punya komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan keemasan Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi memajukan agama Islam. Di kalangan kaumnya dikenal dengan al-Atiq. Konon ceritanya Rasulullah pernah berkata; “Kamu adalah hamba Allah yang dijauhkan Atiq dari api neraka”. Maka sejak itulah terkenal di kalangan sahabat dengan sebutan al-Atiq. Pendapat lain mengatakan karena wajahnya yang ganteng. Pendapat lain karena banyak memerdekakan budak muslim seperti Bilal. Pendapat lain karena tidak ada cacat dalam nasabnya. Sumber-sumber yang sampai kepada kita mengenai masa kecil Abu Bakr tidak banyak membantu untuk mengenai pribadinya dalam situasi kehidupan saat itu. Cerita sekitar masa anak-anak dan remajanya tidak juga memuaskan. Apa yang diceritakan tentang kedua orangtuanya tidak lebih daripada sekedar menyebut nama saja. Setelah Abu Bakr menjadi tokoh sebagai Muslim yang penting, baru nama ayahnya disebut-sebut. Ada pengaruh Abu Bakr dalam kehidupan ayahnya, namun pengaruh ayahnya dalam kehidupan Abu Bakr tidak ada. Tetapi yang menjadi perhatian kalangan sejarawan waktu itu justru yang menyangkut kabilahnya serta kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Kuraisy. Tak bedanya mereka itu dalam hal ini dengan sejarah Arab umumnya. Dengan melihat pertaliannya kepada salah satu kabilah,1 1 Kabilah atau suku merupakan susunan masyarakat Arab yang berasal dari satu moyang, lebih kecil dari sya’b dan lebih besar dari imarah, kemudian berturut-turut batn, imarah dan fakhz. — Pnj. sudah cukup untuk mengetahui watak dan akhlak mereka. Adakalanya yang demikian ini baik, dan kadang juga mereka yang percaya pada prinsip keturunan itu berguna untuk menentukan kecenderungan mereka, kendati yang lain menganggap penilaian demikian sudah berlebihan, dan ini yang membuat mereka tidak cermat dalarn meneliti. Abu Bakr dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka’bah. Untuk Banu Abd Manaf tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa’, hijabah dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang Khalid bin Walid, dan Banu Taim bin Murrah menyusun masalah diat tebusan darah dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah ini di tangan Abu Bakr tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu tebusan dan ia meminta bantuan Kuraisy, mereka pun percaya dan mau memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya. Para penulis biografi Abu Bakr itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah saya sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orangtuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai pada apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah bin Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma bint Sakhr bin Amir. Disebutkan juga, bahwa sebelum Islam ia bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam oleh Rasulullah ia dipanggil Abdullah. Ada juga yang mengatakan bahwa tadinya ia bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakr hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq, seolah ia telah dibebaskan dari maut. Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai mengapa Abu Bakr diberi nama Atiq ia menjawab Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakr datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata Barang siapa ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini. Mengenai gelar Abu Bakr yang dibawanya dalam hidup sehari-hari sumber-sumber itu tidak menyebutkan alasannya, meskipun penulis-penulis kemudian ada yang menyimpulkan bahwa dijuluki begitu karena ia orang paling dini Bakr berarti dini A. — Pnj.dalam Islam dibanding dengan yang lain. Sekalipun Abu Bakar As-shiqqid menjabat Kepala Negara dari sebuah kekuasaan yang tengah berkembang dengan pesat, dan para Panglimanya telah berdiam pada kastel-kastel megah di lembah Mesopotamia dan begitupun para oejabat dalam wilayah Yaman dan Hadhramaut dan Mahra dan Oman dan Bahrain; akan tetapi Khalif AbuBakar sendiri tetap tinggal dalam rumah biasa di Madinah-al-Munawwarah, hidup sebagai rakyt biasa, menjabat Imam pada setiap Shalat di dalam Masjid Nabawi. Pendaharaan negara yang melimpah-limpah dari hasil seperlima al-Khumus harta rampasan perang itu, yang dipanggilkan dengan Bait-al-Mal itu, kecuali dibagi-bagikan kepada kaum melarat Fuqarak wal Masakin, maka bagian terbesar digunakan begi membiayai perang. Sejarah mencatat, bahwa selama masa pemerintahannya yang dua tahun tiga bulan itu, ia cuma mengeluarkan dirham dari Bait-al-Mal itu bagi keperluan keluarganya. Hal itu dapat diketahui karena setiap penerimaan dan pengeluaran dari Bait-al-Mal itu dicatat oleh tokoh-tokoh yang dipanggil Al Umarak, yakni tokoh-tokoh yang terpandang jujur, dan menurut istilah sekarang ini ialah Bendaharawan. Sewaktu masih berada di Mekkah, sebelum kedatangan Islam, ia terpandang sudagar yang kayaraya dan sering memimpin kalifah dagangnya ke Utara maupun ke Selatan, seperti juga halnya dengan pembesar-pembesar Quraisy. Setelah beriman dengan Nabi Besar Muhammad, iapun menyumbangkan harta kekayaannya itu bagi dakwah Islam. Sikap hidupnya yang menimbulkan hormat dan takzim siapapun terhadapnya. Silsilah kekeluargaan Nama lengkap Abu Bakar ialah Abdullah bin Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya yaitu Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar ialah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Bakar adalah ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW. Nama sebelum masuk islam ialah Abdul Ka’bah yang berarti hamba Ka’bah’. Setelah masuk islam namanya diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah yang berarti hamba Allah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq yang berati yang berkata benar’ setelah beliau membenarkan dan meyakini peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya. dari situlah ial lebih dikenal dengan sebutan “Abu Bakar ash-Shiddiq”. Abu Bakar ash-Shiddiq ialah keturunan Bani Taim, sub-suku bangsa Quraisy. Dan menururt beberapa catatan sejarawan Islam ia merupakan seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, juga dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan/menerjemahkan mimpi. Wafat Abu Bakar As-Siddiq Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, yaitu di samping makam Nabi Muhammad SAW. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Munasabah beserta Fungsi dan Bentuknya Masa mengenal Nabi dan memeluk islam Saat Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bertetangga dengan Abu Bakar. Dari situlah mereka saling berkenalan. Usia mereka berdua juga sama dan sama-sama seorang pedagang dan ahli berdagang. Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam oleh ajakan nabi. Dan setelah itu ia meneruskan dakwah islaminya kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas dan juga beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya. Namun istri beliau adalah Qutaylah binti Abdul Uzza dan anaknya Abd Rahman bin Abu Bakar enggan memeluk Islam sehingga Abu Bakar menceraikannya dan berpisah dengan anaknya. Akan tetapi istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah. Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah 622 M, Abu Bakar merupakan satu-satunya orang yang menemaninya. Setelah beberapa saat Hijra, Nabi Muhammad SAW menikahi anak Abu Bakar, sehingga ikatan kekeluargaannya makin erat. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian dan Tujuan Akhlak kepada Allah dan Makhluk Persahabatannya dengan Rasul SAW Abu Bakr tinggal di Mekkah,di kampung yang sama dengan Khadijah bint Khuwailid,tempat saudagar-saudagar terkemuka yang membawa perdagangan dalam perjalanan musim dingin dan musim panas ke Syam dan ke Yaman. Karena bertempat tinggal di kampung itu, itulah yang membuat hubungannya dengan Muhammad begitu akrab setelah Muhammad kawin dengan Khadijah dan kemudian tinggal sekali kemungkinan,persamaan bidang usaha serta ketenangan jiwa dan perangainya,di samping ketidaksenangannya pada kebiasaan-kebiasaan Quraisy-dalam kepercayaan dan adat, mungkin itulah yang berpengaruh dalam persahabatan Muhammad dengan Abu Bakr. Tatkala Muhammad menerangkan kepadanya tentang tauhid dan dia diajaknya lalu menerimanya,dan tatkala Muhammad menceritakan kepadanya mengenai gua Hira dan wahyu yang diterimanya,ia mempercayainya tanpa Bakr adalah salah seorang pemikir Mekkah yang memandang penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka. Ia sudah mengenal benar Muhammad akan kejujurannya, kelurusan hatinya, serta kejernihan pikirannya. Semua itu tidak memberi peluang dalam hatinya merasa ragu,apa yang telah diceritakan kepadanya,dilihatnya,dan didengarnya. Abu Bakr selalu bersama-sama dengan Muhammad dalam melakukan dakwah demi agama Allah. Keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya,besar pengaruhnya terhadap Muslimin yang mula-mula masuk mengikuti jejak Abu Bakr menerima Islam ialah Usman bin Affan,Abdurrahman bin Auf,Talhah bin Ubaidillah,Sa’d bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Saesudah mereka yang kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakr ialah Abu Ubaidah bin Jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekkah. Usaha Abu Bakr melakukan dakwah Islam patut dikagumi. Dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu,lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamanya,inilah yang belum pernah dilakukan oleh orang; kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya,yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran demi kebenaran. Orang demikian ini sudah berada di atas kepentingan hidup pribadinya sehari-hari. Dalam membela agama, dalam berdakwah untuk agama, segala kebesaran dan kemewahan hidup duniawi dianggapnya kecil belaka Abu Bakr sendiri pun tidak bebas dari gangguan Quraisy. Sama halnya dengan Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu. Setiap Abu Bakr melihat Muhammad diganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Iman yang mengisi jiwa Abu Bakr telah mempertahankan Islam,sementara yang lain banyak yang meninggalkannya tatkala Rasulullah berbicara kepada mereka mengenai peristiwa Isra’. Namun Abu Bakr dengan mantap membenarkan semua cerita Rasulullah tentang peristiwa Isra dan Mi’raj. Dan mulai sejak itu,Rasulullah memanggil Abu Bakr dengan “as-Siddiq”,yang berarti orang yang selalu membenarkan. Sementara Quraisy begitu keras mengganggu Nabi dan Abu Bakr serta kaum Muslimin yang lain,belum terlintas dalam pikiran Abu Bakr akan hijrah ke Abisinia bersama-sama kaum Muslimin yang lain yang mau tetap bertahan dengan agama mereka. Malah ia tetap tinggal di Mekkah bersama Muhammad SAW, berjuang mati-matian demi dakwah di jalan Allah sambil belajar tentang segala yang diwahyukan Allah kepada Nabi untuk disiarkan kepada umat manusia. Dan dengan segala senang hati disertai sifatnya yang lemah lembut, semua harta pribadinya dikorbankannya demi kebaikan mereka yang sudah masuk Islam dan demi mereka yang diharapkan mendapat petunjuk Allah bagi yang belum masuk Islam. Kaum Muslimin di Mekkah ketika itu memang sangant memerlukan perjuangan serupa itu,memerlukan sekali perhatian Abu Bakr. Abu Bakr pulalah yang mendampingi Nabi dalam perjalanan hijrah ke Madinah setelah adanya perintah dari menghindari kejaran kaum Quraisy, mereka bersembunyi di Gua dari Hasan bin Abil-Hasan al-Basri,Ibn Hisyam menuturkan “ketika malam itu Rasulullah SAW dan Abu Bakr memasuki gua, Abu Bakr masuk lebih dulu sebelum Rasulullah SAW sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau di tempat itu ada binatang buas atau ular. Ia mau melindungi Rasulullah SAW dengan dirinya. Dalam peperangan Badar, Abu Bakr tetap di samping penuh iman ia percaya Allah pasti akan menolong agama-Nya,dan dengan hati penuh kepercayaan akan datangnya pertolongan itu. Dalam semua peristiwa dan kegiatan Abu Bakr lebih banyak mendampingi yang paling kuat kepercayaannya pada ajaran Nabi. Para ulama berkata Abu Bakar menemani Rasulullah dari sejak dia masuk Islam hingga meninggal. Dia tidak pernah berpisah dengan Rasulullah baik saat berada di tempat ataupun saat dia berada dalam pada hal yang Rasulullah izinkan dia untuk keluar,baik untuk melakukan haji atau ikut dalam peperangan. Dia mengikuti semua peristiwa perang,hijrah bersama Rasulullah dan tinggalkan anak dan keluarganya sebagai ungkapan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia adalah orang yang menemani Rasulullah saat berada di dalam gua. Dalam detik-detik akhir hayat Rasulullah SAW,beliau meminta semua pintu mesjid ditutup kecuali pintu yang ke tempat Abu katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr”Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalilteman maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman,sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya.” Demikianlah keadaan Abu Bakr dalam persahabatannya dengan Muhammad, sejak ia memeluk Islam,hingga Rasulullah berpulang ke sisi Allah SWT Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Rukun Iman Yang Wajib Diketahui Umat Islam Terpilihnya Abu Bakar Sebagai Khalifah Wafatnya Rasulullah saw Rasulullah telah wafat pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijri 3 Juni 632 M. Subuh hari itu Rasulullah saw merasa sudah sembuh dari sakitnya. Beliau keluar dari rumah Aisyah ke mesjiddan sempat berbicara dengan kaum mislimin. Usamah bin Zaaid dipanggil dan diperintahkan berangkat untuk menghadapi Rumawi. Setelah tersiar berita bahwa Rasulullah telah wafat tak lama setelah duduk-duduk dan berbicara dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali. Umar bin Khattab yang berad ditengah-tengah mereka berdiri dan berpidato, membantah berita itu. Ia mengatakan bahwa Rsulullah tidak meninggal. Umar terus mengancam oaring-orang yang mengatakan bahwa rasulullah saw telah wafat. Dikatakannya bahwa Rsulullah saw akan kembali kepada mereka dan akan memotong tangan dan kaki mereka. Peranan Abu Bakar ketika Nabi Abu Bakar sudah pulang ke rumahnya di Sunh di pinggiran kota Medinah setelah Nabi saw kembali dari mesjid ke rumah Aisyah. Sesuadah tersiar wafatnya Rasulullah saw orang menyusul Abu Bakar menyampaikan berita sedih itu. Abu bakar segera kembali. Ia melihat Muslimin dan Umar yang sedang berpidato. Ia tidak berhenti tetapi terus menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi saw di salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubingi kain. Ia maju meneyikap kain itu dari wajah nabi lalu menciumnya dan katanya “alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan langkah sedapnya sewaktu engkau wafat.” Ia keluar lagi menemui orang banyak lalu berkata kepada mereka “saudara-saudara! Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi braang siapa menyembah Allah, Allah hidup selalu, tak pernah mati.” Selanjutnya ia membacakan firman Allah yang artinya Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang murtad? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar pun jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa Rasulullah telah wafat. Orang semua terdiam mendengar dan melihat kenyataan itu. Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak tahu apa yang hendak mereka perbuat. Kekuatan Jiwa dan Pandangannya yang Jauh Ke Hari Depan Kata-kata yang diucapkannya serta ayat Qur’an yang dibacakannya untuk meyakinkan orang, menunjukkan adanya suatu kekuatan dalam dirinya dalam menghadapi kenyataan. Ini yang menyebabkannya tidak sampai jatuh kebingungan dalam menerimaberita yang menyedihkan seperti berpulangnya Rasulullah. Kekuatan jiwanya itu ditambah lagi oleh suatu sifat lain yang lebih lagi memperlihatkan keagungan dan kehebatannya, yaitu pandangannya yang jauh ke depan. Kedua sifat ini sungguh sangat mengagumkan, sebab adanya justru pada orang yang begitu lemah lembut, begitu menjunjung tinggi dan begitu besar kecintaannya kepada Muhammad, melebihi cintanya pada kehidupan dunia ini dengan segala isinya. Kekuatan jiwa yang besar inilah yang menjadi pegangan Abu Bakar pada detik-detik yang sangat menentukan dan pelik. Saat kesedihan dan duka yang sedang menimpa kaum Muslimin. Pada saat itulah Islam dan umat Islam terhindar dari bencana besar, yang kalau tidak karenanya mereka akan terjerumus ke dalam bahaya. Sebagai akibatnya, hanya Allah yang tahu, apa yang akan menimpa mereka dan menimpa generasi berikutnya Bai’at As Saqifah Rasulullah tidak meninggalkan pesan kepada seorang pun juga dari para sahabatnya tentang siapa yang menjadi pemimpin atau memimpin kaum Muslimin sepeninggalnya. Beliau membiarkan masalah kepemimpinan kaum Muslimin berdasarkan hasil musyawarah di antara mereka sendiri. Ketika berita wafat Rasulullah tersiar, berkumpullah kaum Anshar di rumah Bani Sa’idah di Madinah. Mereka bermaksud hendak membai’at seseorang dari kaum Anshar, yakni Sa’d bin Ubadah seorang pemimpin kaum Khazraj, untuk menjabat khalifah. Kemudian sekelompok kaum Muhajirin mendatangi mereka. Dalam pertemuan ini hampir saja terjadi sengketa sengit di antara kelompok Anshar dan Muhajirin. Kalau saja Abu Bakar tidak bangkit untuk berpidato seraya mengemukakan argumentasi kepada mereka bahwa urusan khalifah adalah hak kaum Quraisy dan permasalahan bangsa Arab tidak akan berjalan dengan mulus kecuali bila kepemimpinan di jabat oleh orang-orang Quraisy, niscaya sengketa di antara dua kelompok tersebut akan berubah kerusuhan. Dalam pidato tersebut Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar bahwa bila kepemimpinan ini dijabat oleh orang dari suku Aus, niscaya orang-orang Khazraj akan bersaing; dan sebaliknya bila kepemimpinan ini dijabat oleh orang dari suku Khazraj, niscaya orang-orang Aus akan bersaing. Ketika kaum Anshar teringat atas persaingan dan permusuhan yang terjadi di antara mereka pada zaman Jahiliah dahulu, lalu mereka sadar dan mau menerima pendapat Abu Bakar. Perdebatan yang terjadi pada Bai’at Saqifah Inilah pidato Abu Bakar yang pertama kapada Ansar untuk mendamaikan “…Orang-orang Arab itu berat sekali untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kaum Muhajirin yang mula-mula dari masyarakat Nabi sendiri telah mendapat karunia Allah, mereka percaya kepadanya, beriman kepadanya,senasib seperjuangan dengan menanggung segala macam penderitaan, yang datangnya justru dari masyarakat mereka sendiri. Mereka didustakan, ditolak dan dimusuhi. Mereka tak merasa gentar, meskipun jumlah mereka kecil, menghadapi kebencian dan permusuhan lawan yang begitu besar. Mereka itulah yang telah lebi dulu menyembah Allah di muka bumi, beriman kepada Allah dan kepada itu termasuk sahabat-sahabatnya dan keluarganya. Sepeninggal Nabi, merekalah orang yang paling berhak memegang pimpinan ini. Tak ada orang yang akan menentangkecuali orang yang zalim. “Dan kalian, saudara-saudara Ansar! Siapa yang kan membantah jasa kalian dalam agama serta sambutanmu yang mula-mula, yang begitubesar artinya dalm Islam. Allah telah memilih kamu sebagai pembela ansar agam dan Rasul-Nya. Ke tempat kalian inilah ia hijrah dan dari kalangan kalian ini pula sebagian besar istri-istri dan sahabat-sahabatnya. Posisi itu hanya ada pada kamu sekalian setelah kami. Karena itu, maka kamilah para amir dan Tuan-tuan para tak akan meninggalkan tuan-tuan dalam musyawarah dan tak akan memutuskan sesuatu tanpa Tuan-tuan Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Nabi Ibrahim Yang Wajib Anda Tahu Ayok Sinau Masa wafat Nabi Muhammad SAW dan diangkatnya Abu Bakar menjadi Khalifa pertama Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan sesudah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Setelah meninggalnya Nabi, dilakukanlah musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, dan akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah dan Teori Masuknya Islam Ke Indonesia Perang Ridda Masa kepemimpinan Abu Bakar terjadi beberapa masalah yang mengancam persatuan diantara umat Islam pada saat itu. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed enggan kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak untuk membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara keseluruhan. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yaitu penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya mempunyai komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan tersebut Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar ialah memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab atau Musailamah si pembohong, yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru penggnti Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh oleh Al Wahsyi, ialah seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan masuk Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata, yaitu “Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah Hamzah dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci oleh rasulullah yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab.” Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan 5 Rukun Islam Beserta Penjelasannya Penyusunan kitab suci Al Qur’an Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Setelah kemenangan yang sangat sulit pada saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an. Dari situ dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis,misalnya tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan lagi oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. lalu pada masa pemerintahan Usman bin Affan teks teks Al Qur’an tersebut menjadi awal penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.

AbuBakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra' dan Mi'raj Rasulullah. Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !Abu Bakr As-Sidiq is one of the earliest converts to Islam assabiqunal awwalun, Saw Rasullullah friend., And also inducted into the first Caliph appointed by the Muslims. He was born in conjunction with the anniversary of the birth of Prophet Mohammad. in 572 AD in Mecca, derived from the descendants of Bani Taim, the tribe of Quraysh. His real name is Abi Abdullah Ibni on the few historians of Islam, he was a merchant, judge with high standing, an educated and trusted as one who could interpret dreams. Under the circumstances in which the belief taught by the Prophet Muhammad SAW attract more young children, the poor, the marginalized and the slaves, difficult to accept that Abu Bakr would include those who embraced Islam in the early period and also were able to persuade the population mecca and other Quraysh followed him Islam.Abu Bakr means 'father of the girl', the father of the Prophet Muhammad's wife Aisha. Her real name was Abdul Ka'aba meaning 'servant of the Kaaba', which is then converted by the Prophet to Abdullah meaning 'servant of Allah'. Other sources say his name is Abdullah bin Abu Quhafah Abu Quhafah is her seat or her father's surname. As-Sidiq titles believed given the Prophet Muhammad that he is better known as Abu Bakr al-Siddiq. As the first people who converted to Islam, Abu Bakr ordeal suffered quite a lot of As-Sidiq. But he always remained faithful to accompany the Prophet and with him being the only friend moved to Medina in 622 before his death, Abu Bakr was appointed as a prayer leader in his place. It is indicated that Abu Bakr would later replace the Prophet led the congregation. After the death of Rasullullah, then through consultation between the Emigrants and the Ansar chose Abu Bakr as the first caliph, starting the era of four caliphs. Although opposed by some Shiite Muslims because they thought the Prophet had to choose Ali bin Abi Talib as his successor, but Ali bin Abi Talib declared loyal and supportive of Abu Bakr as the after he became caliph, Abu Bakr matter much preoccupied with the suppression of rebellion and streamlining the public belief that deviated after the death of the Prophet. He is fighting Al-Kazab Musailamah Musailamah the liar, who claim to be a new prophet to replace the Prophet Muhammad, and also collect alms to the tribes who do not want to pay after the death of Prophet Mohammad. They assume that the charity is a form of tribute to Rasullullah. After usainya rebellion and various internal problems, he continued his mission of Prophet Muhammad symbols of Islam broadcast to the world. Abu Bakr sent people to the Byzantine and Sassanid trust as a mission to spread Islam. Khalid bin Walid also successfully conquered Iraq and Syria with became caliph in a period of 2 years. Abu Bakr died on August 23, 634 in Medina. He was buried beside the tomb Rasullullah Saw. The next position is replaced by the Caliph Umar bin indonesian see In indonesia see here If you are interested to copy this article, so I allowed it outright, but I hope my friend put my link ya .. I'm sure a good friend. other than article Biography of Abu Bakr As-Sidiq, you can read the other article or paper in the Aneka Ragam Makalah. And If You Want to Share your paper to my blog please click Here. By Ibrahim Lubis and My Email ibrahimstwo0 1 Abu Bakar Siddiq (11-13 H / 632 - 634 M) 1.1. Riwayat Singkat Abu Bakar. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin 'Amir bin 'Amr bin Ka'ab bin Sa'id bin Taim bin Murrah al- Tamimi, yang lebih dikenal dengan Abd al-Ka'bah di masa. Jahiliyah. Dia dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun gajah, berarti - Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat Nabi yang termasuk dalam golongan orang pertama yang masuk Islam. Ia mendapat gelar Ash-Shidiq karena perannya menjadi orang pertama yang membenarkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar bukan hanya orang terdekat Rasulullah yang disebut sebagai sahabat paling utama, tetapi juga ayah mertua Nabi Muhammad diketahui berperan aktif dalam berbagai kegiatan umat Islam, mulai dari ikut berperang, berhijrah, berdakwah, dan mengislamkan orang. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar yang menggantikannya sebagai khalifah untuk memimpin umat Islam. Baca juga Umar bin Khattab, Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh RasulullahKehidupan awal Nama asli dari Abu Bakar adalah Abdul Ka'bah. Ia merupakan keturunan keluarga kaya, Bani Taim dari suku Quraisy, yang lahir di Kota Mekkah pada sekitar tahun 573. Ayahnya bernama Abu Quhafah Utsman, sedangkan ibunya bernama Salma binti Sakhar. Sejak kecil, Abu Bakar sering menghabiskan waktunya dengan bermain bersama unta dan kambing, karena memang sangat menyukai kedua hewan tersebut. Karena kesukaannya pada unta, ia mendapatkan julukan sebagai Abu Bakar, yang berarti bapak anak unta. Ketika berumur sekitar 10 tahun, ia ikut sang ayah pergi ke Suriah untuk berdagang, yang telah menjadi tumpuan kehidupan ekonomi keluarganya.
1 Abu Bakar as-Siddiq (632-634 M / 11-13 H) 2. Umar bin Khattab (634-644 M / 13-23 H) 3. Usman bin Affan (644-656 M / 23-35 H) 4. Ali bin Abi Thalib (656-661 M / 35-40 H) C. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Abu bakar adalah orang pertama yang masuk islam dari kalangan tua.
Jakarta - Hari ini 1428 tahun lalu dalam kalender Islam, tepatnya 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, khalifah Abu Bakar As Siddiq meninggal dunia. Kepergian khalifah yang lemah lembut itu meninggalkan duka mendalam bagi para sahabat. Dia meningglakan banyak teladan. Sebelum masuk Islam dan menjadi khalifah pertama, Abu Bakar As Siddiq adalah saudagar sukses. Setelah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-NYA, Muhammad SAW, dia rela membelanjakan seluruh hartanya demi syiar dari Oxford Bibliographies, Abu Bakar As Siddiq lahir pada 573 dan wafat pada 634 Masehi atau 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah. Dia dikuburkan di rumah Aisyah di samping makam Rasulullah SAW yang kini menjadi bagian dari Masjid Nabawi, Madinah. Ciri fisik Abu Bakar kerap dilukiskan bertubuh langsing cenderung kurus, berbahu sempit, dan berjanggut Bakar lebih muda tiga tahun dan menjadi teman terdekat nabi Muhammad SAW selama menjalankan tugas sebagai utusan Allah SWT. Nabi menyaksikan keunggulan sifat Abu Bakar As Siddiq yang selalu mengkhawatirkan keselamatannya, seperti yang diceritakan dalam Al-Qur'an surat At-Taubah Ayat تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌArab latin Illā tanṣurụhu fa qad naṣarahullāhu iż akhrajahullażīna kafarụ ṡāniyaṡnaini iż humā fil-gāri iż yaqụlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma'anā, fa anzalallāhu sakīnatahụ 'alaihi wa ayyadahụ bijunụdil lam tarauhā wa ja'ala kalimatallażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal-'ulyā, wallāhu 'azīzun ḥakīmArtinya Jikalau kamu tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bakar, yang wafat di umur 63 tahun, sang ayah adalah Uthman abu Quhafah sedangkan ibunya bernama Salma Umm al-Khair. Sejak muda, Abu Bakar adalah saudagar sukses yang kaya dan dihormati warga Quraisy. Abu Bakar berdagang hingga Yaman dan dikenal dengan sifatnya yang ramah dan baik sudah menerima kebenaran wahyu dari Allah SWT yang dibawa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar tak segan menghabiskan seluruh hartanya untuk sedekah, membebaskan budak, dan membantu penyebaran Islam. Istri Abu Bakar adalah Zaynab yang dengannya dia memiliki enam orang anak yaitu Aisha, Abdullah, Asma, Abd Al-Rahman, Umm Kulthum, dan Abu Bakar sebagai As Siddiq diberikan Nabi Muhammad SAW karena karakternya yang jujur. Peran penting Abu Bakar tak hanya saat menemani Nabi Muhammad SAW berhijrah, yang makin besar saat Rasulullah berada di penghujung hidupnya. Rasulullah SAW menunjuknya sebagai pemimpin sholat bersama muslim lainnya seperti dinarasikan أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَبَا بَكْرٍ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فِي مَرَضِهِ فَكَانَ يُصَلِّي بِهِمْ فَوَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ خِفَّةً فَخَرَجَ وَإِذَا أَبُو بَكْرٍ يَؤُمُّ النَّاسَ فَلَمَّا رَآهُ أَبُو بَكْرٍ اسْتَأْخَرَ فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَىْ كَمَا أَنْتَ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ حِذَاءَ أَبِي بَكْرٍ إِلَى جَنْبِهِ فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ أَبِي بَكْرٍArtinya "Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar memimpin sholat saat dia sedang sakit dan Abu Bakar melakukan perintah tersebut. Kemudian Rasulullah SAW merasa lebih baik, lalu dia keluar, dan melihat Abu Bakar memimpin sholat. Ketika Abu Bakar melihat Rasulullah SAW, dia mundur, namun Rasulullah SAW menunjukkan gestur supaya tetap di tempatnya. Kemudian Rasulullah SAW berada di samping Abu Bakar. Abu Bakar mengikui sholatnya Rasulullah, dan yang lain mengikuti sholatnya Abu Bakar."Pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama pada 8 Juni 632 Masehi menyelesaikan satu momen penting dalam sejarah Islam. Selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW, kaum Muhajirin dan Anshar nyaris terpecah karena ingin pihaknya ditunjuk sebagai pemimpin Islam. Seperti ditulis dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah atau Tarikh Ibnu Katsir, Abu Bakar tidak lantas berbesar hati dengan amanah tersebut."Saya terpilih bukan karena yang terbaik di antara kamu semua. Jika aku menyelesaikan pekerjaanku dengan baik maka ikutilah dan tolong saya. Namun jika saya menyimpang dari jalan yang benar hingga korupsi maka bawalah saya ke jalan yang benar," ujar Abu Abu Bakar yang utama selama kepemimpinannya adalah memerangi nabi palsu dalam Perang Ridda. Dia sedikitnya memerangi empat nabi palsu beserta kelompoknya. Mereka adalah Bani Asad ibn Khuzaymah yang dipimpin Tulayha ibn Khuwaylid, Bani Hanifah denhan pemimpin Musaylimah, Bani Taghlib dan Bani Tamim dengan pimpinan Sajah, serta Al-Ansi dipimpin Al-Aswad Bakarselalu mengingatkan firman Allah SWT dalam Ali Imron ayat 144. Ayat tersebut menegaskan sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW akan wafat sama seperti pendahulunya. Namun wafatnya Nabi tak mengindikasikan Islam berakhir atau ada utusan Allah SWT yang baruوَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَArab latin Wa mā muḥammadun illā rasụl, qad khalat ming qablihir-rusul, a fa im māta au qutilangqalabtum 'alā a'qābikum, wa may yangqalib 'alā 'aqibaihi fa lay yaḍurrallāha syai`ā, wa sayajzillāhusy-syākirīnArtinya Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang murtad? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang masa kepemimpinannya, Abu Bakar juga mulai mengumpulkan lembaran Al-Qur'an yang kelak menjadi satu mushaf lengkap di masa khalifah Utsman bin Affan. Kisah singkat Abu Bakar As Siddiq menunjukkan individu yang punya dan selalu memelihara karakter baik dan berusaha semaksimal mungkin menjalankan amanah. Ringkasan kisah Abu Bakar As Siddiq semoga bisa memberi motivasi untuk selalu jujur dan baik hati. erd/erd
b Perjuangan Abu Bakar AS Siddiq di masa Rasulullah. 1. Membebaskan kaum yang tertindas. Meskipun dia seorang bangsawan namun perhatiannya terhadap kaum yang lemah sangat tinggi. Dia menggunakan hartanya untuk membebaskan para budak yang masuk Islam dan disiksa oleh majikannya. Di antara budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar adalah Bilal bin Rabbah. 2.
0% found this document useful 0 votes370 views7 pagesDescriptionmakalah islamCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes370 views7 pagesMakalah Pemerintahan Abu Bakar AsJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Dikisahkandari Aisyah Ra: Bahwasanya ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar sedang berada di daerah Sunh (Aliyah), Umar berdiri seraya berkata, "Rasulullah SAW tidak meninggal, Allah SWT akan membangkitkannya dan kemudian akan memotong-motong tangan dan kaki orang-orang, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq datang maka beliau mengucapkan hamdalah dan pujian bagi Allah SWT, kemudian berseru, Amma Ba'du, barang siapa menyembah Muhammad SAW, sesungguhnya Muhammad SAW telah meninggal dan barang
Jakarta - Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama lengkap Abdullah bin Utsman Abu Qahafah bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'd bin Tamim bin Murrah bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Tamimi al-Quraisyi dan lahir di Mekkah pada tahun 572 memeluk Islam, Abu Bakar dikenal dengan nama Abdul Ka'bah, kemudian diganti dengan Abdullah setelah masuk dari buku yang ditulis oleh Salih Suruc, dalam catatan sejarah, ada kemungkinan semasa kecilnya, Abu Bakar dan Rasulullah SAW sempat tinggal bersamaan di dataran tinggi Bani Saad selama 1 hingga 2 tahun. Hal inilah yang melahirkan persahabatan dan kedekatan di antara Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan, seperti yang dikutip dari Buku Kisah Hidup Abu Bakar al-Shiddiq. Ia adalah seorang khalifah pertama dan menjadi satu-satunya yang disebut sahabat Rasulullah oleh Allah "Sang Sahabat" termaktub dalam firman Allah QS. At-Taubah ayat 40إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌArtinya Jika kau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekkah mengeluarkannya dari Mekkah sedang ia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."Ahli tafsir sepakat bahwa kata 'sahabat' tersebut ditujukan pada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menemani Rasulullah SAW di gua dalam perjalanan hijrah ke kota ucapan dan tingkah lakunya yang menggambarkan kejujuran, semasa hidup, Abu Bakar pun selalu mengakui dan membenarkan Rasul saat diangkat menjadi nabi. Oleh karena itu, ia menyandang gelar yang hingga saat ini selalu mengikuti namanya, Ash-Shiddiq yang berarti jujur dan pada suatu hari di Mekkah, Abu Bakar dipukuli dan dikeroyok oleh kaum musyrik hingga membuatnya berlumuran darah dan terkapar tak berdaya. Ia pun dipindahkan ke rumahnya oleh salah seorang Banu harinya, Abu Bakar sadar dari pingsannya. Namun, hal pertama yang ia tanyakan pada orang-orang sekitarnya adalah"Apa yang sedang dilakukan Rasulullah SAW?"Tidak ada yang menjawab hingga seseorang menemui ibunya, Ummu al-Khair. Bahkan ibunya tertegun melihat kondisi putranya. Namun, Abu Bakar kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada bibi Rasulullah, Ummu Jamil menemuinya dan mengabarkan bahwa Rasul dalam keadaan sehat walafiat. Abu Bakar pun kembali bertanya"Di manakah Beliau saat ini?""Di rumah Ibn Abi al-Arqam," jawab Ummu halaman selanjutnya
A Peradilan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar RA. Saidina Abu Bakar al-Shiddîq RA, adalah pengganti Rasulullah SAW dalam hal duniawi (pemerintahan) dan dalam hal ukhrawi (spiritual) yang hanya terbatas pada pemimpin agama, seperti imam solat, mufti, dan lain-lain yang bukan sebagai rasul yang mendapatkan wahyu.
A display with Abu Bakr's name written in Arabic at the Hagia Sofia, Istanbul modified by Rabe! own work [CC BY-SA via Wikimedia Commons History of Islam Contents[Hide]Abu Bakr the First Among Men to Enter IslamMigration to MadinahParticipation in BattlesThe Successor of the Prophet Abu Bakr the First Among Men to Enter Islam Abu Bakr was always a very close Companion of the Holy Prophet, he knew him better than any other man. He knew how honest and upright the Prophet was. Such knowledge of the Prophet made Abu Bakr be the first man to follow the Message of Prophet Muhammad sallallahu 'alayhi wa sallam. He was indeed the first adult male to accept Islam. The Holy Prophet told Abu Bakr what had happened at Mount Hira', he told him that Allah subhanahu wa ta'ala had revealed to him and made him His Messenger. When Abu Bakr heard this from the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam, he did not stop to think, he at once became a Muslim. He submitted to Islam with such determination that once the Holy Prophet himself remarked, "I called people to Islam, everybody thought over it, at least for a while, but this was not the case with Abu Bakr, the moment I put Islam before him, he accepted it without any hesitation." He was titled as-Siddiq by the Prophet because his faith was too strong to be shaken by anything. In fact, Abu Bakr was more than a great believer, as soon as he became a Muslim, he immediately began to preach Islam to others. Among those who accepted Abu Bakr's invitation to Islam were 'Uthman, Az-Zubayr, Talhah, 'Abdur-Rahman ibn Awf, Sa'ad ibn Waqqas and others who later became the pillars of Islam. Abu Bakr's love of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam was so great that he was willing to sacrifice his life for the sake of protecting and comforting the Prophet saw. Such love and sacrifice were demonstrated when one day the Holy Prophet was saying his prayers in the Ka'bah, while some of the chiefs of Makkah were sitting in the court yard of the Ka'bah. Seeing the Prophet praying, 'Uqbah ibn Abi Mu'it took a long piece of cloth and put it around the Prophet's neck and twisted it hard in an attempt to strangle the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam to death. At that moment Abu Bakr happened to pass by from a distance, he saw 'Uqbah trying to strangle the Prophet to death. Immediately Abu Bakr ran to the help of the Prophet, he pushed 'Uqbah aside and took the cloth from aroundthe Prophet's neck. Thereupon the enemies of Islam came down upon Abu Bakr and beat him unmercifully, although Abu Bakr with faith like a rock did not care for his own suffering, he was glad that he was able to save the Prophet of Allah, even at the risk of his own life. Abu Bakr with the wealth he had, also had a major role in freeing some of the Muslim slaves, who were barbarically tortured by their heartless Mushrik masters to give up the faith and return to their masters' beliefs. The heartless monsters tried all kinds of torture they made them lie all naked on the burning desert sand, putting big stones on their chest, as well as other kinds of torture. Here Abu Bakr's wealth came to the rescue, as he bought the poor helpless slaves from their inhuman masters and set them free, Bilal al-Habashi, the slave of 'Umayyah ibn Khalaf, was among those who were set free by Abu Bakr. Bilal became afterwards the mu'adhin at the Prophet's mosque. Migration to Madinah Islam was growing rapidly in Makkah, the enemies of Islam were getting frustrated by this rapid growth. The chiefs of Makkah found that it is necessary for them to get rid of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam before Islam can cause a real threat to them, so they planned to kill the Prophet. Allah subhanahu wa ta'ala revealed to his Prophet the intentions of the non-believers and ordered him to migrate to Madinah. So the Prophet quickly went to Abu Bakr's house who was among the few that were left in Makkah with the majority of Muslims having already migrated to Madinah. The Prophet informed Abu Bakr that he was commanded to migrate to Madinah that night and that he has chosen him to have the honor of joining him on his migration. Abu Bakr's heart was full of joy, "I have been looking forward to this day for months," he exclaimed. The Makkans were so eager to find the Prophet they were searching for him like mad hounds. Once they came to the mouth of the cave, Abu Bakr grew pale with fright, he feared not for himself, but for the life of the Holy Prophet. However, the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam remained calm and said to Abu Bakr, "do not fear, certainly Allah is with us". Such words quickly calmed down Abu Bakr and brought back tranquility to his heart. Participation in Battles Abu Bakr, being the closest of Companions to the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam, took part in all the battles that Prophet Muhammad had fought. At 'Uhud and Hunayn, some members of the Muslim army showed signs of weakness, however, Abu Bakr's faith never wavered, he always stood like a rock by the side of the Prophet. Abu Bakr's faith and determination to raise the banner of Islam were so great that at Badr, one of his sons, who had not yet embraced Islam was fighting among the enemies, Abu Bakr was so eager to find his son in the battle that he was searching for him amongst the enemies in order to slay him. Abu Bakr's great love of the Prophet was demonstrated when peace talks at Hudaibiya were held. During the negotiations, the spokesman of Quraysh was touching the beard of the Prophet every now and then. Abu Bakr's love for the Prophet was so great that he could bear no more, he took out his sword and looked angrily at the man saying, " ... if that hand touches the beard of the Prophet again, it will not be allowed to go back." Tabuk was the last expedition of the Holy Prophet. He was keen to make it a great success, he therefore asked people to help the expedition with whatever they could. This brought the best out of Abu Bakr who beat all records as he took all his money and household articles and heaped them at the Prophet's feet. "Have you left anything for your children?" asked the Prophet. Abu Bakr then responded with great faith "Allah and his Messenger are enough for them." Companions standing around were stunned they realized that whatever they do they could not outdo Abu Bakr in the field of service to Islam. The Successor of the Prophet The first Hajj under Islam was in the ninth year of Hijrah. The Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam was too busy at Madinah to lead the Hajj, so he sent Abu Bakr as his agent, he was to lead the Hajj in place of the Prophet. The Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam led the prayers himself ever since he arrived to Madinah. During his last illness, the Prophet could no longer lead the prayers, he was too weak to go to the mosque, he therefore had to choose someone to fill such high position after him. Abu Bakr was also the one who was honored to be chosen by the Prophet for such a task. Thus in the lifetime of the Prophet, Abu Bakr came to fill the highest position under Islam leading prayers. While one day Abu Bakr was away 'Umar was appointed by the Companions to lead the prayers in his absence. Realizing the change of voice, the Prophet said, "This is not Abu Bakr's voice, no one but he should lead prayers, he is the fittest person for this position." When the news of the Prophet's death came out, many Muslims were confused and stunned. 'Umar himself was so overcome with emotions that he drew his sword and declared, "If anyone says that the Messenger of Allah is dead, I will cut off his head." Muslims stayed in such state until Abu Bakr arrived and gave his famous address "O People! If anyone among you worshipped Muhammad, let him know that Muhammad is dead. But those who worshipped Allah, let them know that He lives and will never die. Let all of us recall the words of the Qur'an. It says 'Muhammad is only a Messenger of Allah, there have been Messengers before him. What then, will you turn back from Islam if he dies or is killed?' " Suddenly Abu Bakr's words started to sink in, and in no time confusion was gone. Having shrugged off the shocking news of the Prophet's death, Muslims realized that they need someone to fill the position of leadership amongst them. The two main groups amongst Muslims were Muhajirun refugees from Makkah, and Ansar the people of Madinah. The Ansar gathered at the Thaqifah Bani Saydah their meeting place. Sa'ad ibn Abadah, the Ansar leader, suggested that the Caliph should be from amongst them. Although many refused saying that the Muhajirun in right have a better claim to Khilafah. When the news reached Abu Bakr, he quickly went to their gathering, fearing that confusion might spread once again, and said, "Both Muhajirun and Ansar have done great service to Islam. But the former were the first to accept Islam, they were always very close to the Messenger of Allah. So, O Ansar, let the Caliph be from amongst them." After a short discussion, the Ansar agreed that they should choose the Caliph from amongst the Muhajirun, being from the tribe of Quraysh and being the first to accept Islam. Abu Bakr then asked people to choose between 'Umar ibn al-Khattab and Abu 'Ubaydah ibn al-Jarrah. Hearing this, both men jumped to their feet and exclaimed "O Siddiq, how can that be? How can anyone else fill this position as long as you are among us? You are the top man amongst he Muhajirun. You were the Companion of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam in the Thawr cave. You led prayers in his place, during his last illness. Prayer is the foremost thing in Islam. With all these qualifications you are the fittest person to be the successor of the Holy Prophet. Hold out your hand that we may pledge loyalty to you." But Abu Bakr did not stretch out his hand. 'Umar saw that the delay might lead to the reopening of the disagreements so he himself took Abu Bakr's hand out and pledged loyalty to him. Others followed by example, and Abu Bakr became the first Caliph by general consent of the Muslims. In the next day, Abu Bakr addressed the gathering of Muslims in the Prophet's mosque urging them to continue their path as true Muslims and to give him loyalty and support as long as he is obeying the Commands of Allah subhanahu wa ta'ala and His Messenger. 'Ali radiallahu 'anhu along with some of his relatives delayed their pledge of loyalty to Abu Bakr for six months after a difference of opinion with the Caliph due to the right of inheritance of the Prophet's land. Although both men respected each other, and 'Ali soon after the death of his wife Fatimah gave the pledge of loyalty to Abu Bakr. Such was the quality of the humble and generous Companion who believed the Prophet in everything to the extent that he was called As-Siddiq, by the Prophet. His great personality and service to Islam and Muslims earned him the love and respect of all Muslims, so that he was chosen as the first Caliph after the death of the Prophet by all Muslims. Insha'Allah in the next issue we will talk about his qualities as a leader and his success as a Caliph. Â From the 26th issue of Nida' ul-Islam, April - May 1999
.
  • ekonjzb4q7.pages.dev/403
  • ekonjzb4q7.pages.dev/220
  • ekonjzb4q7.pages.dev/79
  • ekonjzb4q7.pages.dev/278
  • ekonjzb4q7.pages.dev/282
  • ekonjzb4q7.pages.dev/65
  • ekonjzb4q7.pages.dev/362
  • ekonjzb4q7.pages.dev/473
  • makalah abu bakar as siddiq